Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang
yang disebut matahari dan semua obyek yang yang mengelilinginya.
Obyek-obyek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui
dengan orbit berbentuk elips, lima planet-planet kerdil/katai, 173
satelit-satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit
(meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi
menjadi Matahari, 4 planet bagian dalam, sabuk asteroid, 4 planet bagian
luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar.
Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar
seribu kali di luar bagian yanng terluar.
Berdasarkan jaraknya, kedelapan planet itu ialah:
a. Merkurius (57.900.000 km)
b. Venus (108.000.000 km)
c. Bumi (150.000.000 km)
d. Mars (228.000.000 km)
e. Jupiter (779.000.000 km)
f. Saturnus (1.430.000.000 km)
g. Uranus (2.880.000.000 km)
h. Neptunus (4.500.000.000 km)
Sejak
pertengahan 2008, ada 5 obyek angkasa yang diklasifikasikan sebagai
planet kerdil, yang orbitnya, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari
Neptunus. Kelima planet katai itu adalah:
a. Ceres (415.000.000 km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima)
b. Pluto (5.906.000.000 km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan)
c. Haumea (6.450.000.000 km)
d. Makemake (6.850.000.000 km)
e. Eris (10.100.000.000 km)
6
dari 8 planet dan 3 dari 5 planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit
alami, yang biasa disebut dengan "bulan" sesuai dengan Bulan atau
satelit alami Bumi. Masing-masing dari planet bagian luar dikelilingi
oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.
A. Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, diantaranya :
1. Hipotesis Nebula
Dikemukakan
oleh Immanuel Kant (1724-1804) tahun 1775. Kemudian disempurnakan oleh
Pierre Marquis de Laplace tahun 1796. Oleh karena itu, hipotesis ini
lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace.
Pada tahap awal
Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu,
es, dan gas yang disebut Nebula. Unsur gas sebagian besar berupa
hidrogen. Karena gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut itu menyusut dan
berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan
akhirnya menjadi bintang raksasa yang disebut matahari. Matahari raksasa
terus menyusut dan perputarannya semakin cepat. Selanjutnya
cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya
gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan
membentuk planet dalam. Dengan cara yang sama, planet luar juga
terbentuk.
2. Hipotesis Planetisimal
Pertama kali dikemukakan oleh
Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis
planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya
bintang lain yang hampir menabrak matahari.
3. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Dikemukakan
oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis ini
sangat mirip dengan Hipotesis Planetisimal. Namun perbedaannya terletak
pada jumlah awalnya matahari.
4. Hipotesis Kondensasi
Mulanya
dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973)
pada tahun 1950. Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang
berputar membentuk cakram raksasa.
5. Hipotesis Bintang Kembar
Awalnya
dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Dahulunya Tata
Surya berupa 2 bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang
salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu
terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai
mengelilinginya
B. Sejarah Penemuan
5 planet terdekat ke
Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus)
telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan
mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk
masing-masing planet.
Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop
refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati
benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.Karena
teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai
perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus
Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari.
Penalaran
Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu
bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang digagas oleh
Nicolaus Copernicus (1473-1543) sebelumnya. Susunan heliosentris adalah
Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo
terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens
(1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2
kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi
dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan 1
dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum
Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan Hukum
Gravitasi. Dengan 2 teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian
dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya.
Pada 1781, William
Hechell (1738-1782) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus
menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan
pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan
gangguan orbit Uranus.
Pluto kemudian ditemukan pada 1930. Pada saat
ditemukan, Pluto hanya diketahui sebagai satu-satunya obyek angkasa
yang berada setelah Neptunus. Kemudian tahun 1978, Charon, satelit yang
mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet
yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.
Para
astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 obyek kecil lain di belakang
Neptunus (disebut obyek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari.
Di sana mungkin ada sekitar 100.000 obyek serupa yang dikenal sebagai
obyek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari obyek-obyek
trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper
di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret
2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea,
Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61
cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper diketahui memiliki satelit
pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan
puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang
diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek
ini juga memiliki satelit.
C. Struktur
Perbanding
relatif massa planet. Jupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%.
Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya kurang dari 0.1% tidak
nampak dalam diagram di atas.
1. Ilustrasi skala
Komponen
utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama
kelas G2 yang mengandung 99,86 % massa dari sistem & mendominasi
seluruh dengan gaya gravitasinya. Jupiter dan Saturnus, 2 komponen
terbesar yang mengedari matahari, mencakup kira-kira 90 % massa
selebihnya.
Hampir semua obyek-obyek besar yang mengorbit matahari
terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua
planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan
obyek-obyek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar
dibandingkan ekliptika.
Planet dan obyek Tata Surya juga mengorbit
mengelilingi matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika dilihat dari
atas kutub utara matahari, kecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan
Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari obyek-obyek Tata Surya
sekeliling matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan matahari
sebagai salah satu titik fokusnya. Obyek yang berjarak lebih dekat dari
matahari (sumbu semimayornya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang
lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara obyek dengan matahari
bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara obyek dengan matahari
dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari dinamai
aphelion. Semua obyek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion
dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang
hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan obyek sabuk
Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.
2. Terminologi
Tata
Surya dapat dibagi menjadi 3 daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup 4
planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang lebih jauh,
Tata Surya bagian luar, terdapat 4 gas planet raksasa. Sejak
ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah
berbeda tersendiri yang meliputi semua obyek melampaui Neptunus.
Secara
dinamis dan fisik, obyek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan
dalam 3 golongan: planet, planet kerdil, dan badan Tata Surya kecil.
Planet adalah sebuah badan yang mengedari matahari dan mempunyai massa
cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya
dengan menginkorporasikan semua obyek-obyek kecil di sekitarnya. Dengan
definisi ini, Tata Surya memiliki 8 planet: Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status
planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari obyek-obyek
sabuk Kuiper. Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang
mengelilingi matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk
bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya. Menurut
definisi ini, Tata Surya memliki 5 buah planet kerdil: Ceres, Pluto,
Haumea, Makemake, dan Eris. Obyek lain yang mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar.
Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya
disebut "plutoids". Sisa obyek-obyek lain berikutnya yang mengitari
matahari adalah badan Tata Surya kecil.
Ilmuwan ahli planet
menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang
terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan
bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat.
Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam,
merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan
asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom
hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah
tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan
es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida, memiliki titik
lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama
dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen
utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta
berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.
3. Zona planet
Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper.
Antara
Mars dan Yupiter terdapat daerah yang disebut Sabuk Asteroid, kumpulan
batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid hanya berdiameter
beberapa kilometer, dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih.
Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan
dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat
eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus
(Chiron).
Jarak rata-rata antara planet-planet dengan matahari bisa
diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas
jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek
resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Tetapi Planet Neptunus
tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat
berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
4. Matahari
Matahari dilihat dari spektrum sinar-X’
Matahari
adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem
Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang
besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa
mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi
yang dahsyat. Kebanyakan energi dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk
radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
Matahari
dikategorikan dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) berukuran tengahan,
tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan
dengan bintang-bintang yang ada dalam galaksi Bima Sakti, matahari
termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan
diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan
hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya.
Bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang yang mengikuti
pola ini terletak pada deret utama, dan matahari letaknya persis di
tengah deret ini. Tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih
panas dari matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih
redup dan dingin adalah umum. .
5. Medium Antarplanet
Matahari
secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan
(plasma) yang dikenal sebagai angin matahari. Semburan partikel ini
menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta km/jam, menciptakan
atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh
100 SA (heliopause). Semuanya ini disebut Medium Antarplanet. Badai
geomagnetis pada permukaan matahari, seperti semburan matahari dan
pengeluaran massa korona menyebabkan gangguan pada heliosfer,
menciptakan cuaca ruang angkasa. Struktur terbesar dari heliosfer
dinamai lembar aliran heliosfer, sebuah spiral yang terjadi karena gerak
rotasi magnetis matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi
mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin matahari. Venus dan
Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke
luar angkasa. Interaksi antara angin matahari dan medan magnet bumi
menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik
bumi.
Heliosfer berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang
berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran
perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium
antarbintang dan kekuatan medan magnet matahari mengalami perubahan pada
skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di
dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui
seberapa besar.
D. Tata Surya Bagian Dalam
Tata Surya bagian
dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid.
Terutama terbuat dari silikat dan logam, obyek dari Tata Surya bagian
dalam melingkup dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini
lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.
1. Planet-Planet Bagian Dalam
Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars (ukuran menurut skala)
4
planet bagian dalam / planet kebumian memiliki komposisi batuan yang
padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai bulan dan tidak
mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah
mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan
selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya.
Venus, Bumi dan Mars memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor
& sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi & lembah
pecahan. Planet yang letaknya di antara matahari dan bumi (Merkurius dan
Venus) disebut planet inferior.
2. Merkurius
Merkurius (0,4
SA) adalah planet terdekat dari matahari serta juga terkecil (0,055
massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya
di samping kawah meteorid yang diketahui adalah (lobed ridges atau
rupes), terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer
Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang
terlepas dari permukaannya karena semburan angin matahari. Besarnya inti
besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan.
Menurut hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi
tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh
energi awal matahari.
3. Venus
Venus (0,7 SA) berukuran mirip
bumi (0,815 massa bumi). Planet ini memiliki selimut kulit silikat yang
tebal dan berinti besi, atmosfernya tebal dan memiliki aktivitas
geologi. Planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfer 9 kali lebih
padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet
terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan disebabkan
jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Aktivitas
geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki
medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber
atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
4. Bumi
Bumi
adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang
diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang
diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di
antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet
yang diobservasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda
dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan
mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki 1 satelit,
bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata
Surya.
5. Mars
Mars (1,5 SA) berukuran lebih keci dari bumi
dan Venus (0,107 massa bumi). Memiliki atmosfer tipis yang kandungan
utamanya adalah karbon dioksida CO2. Permukaan Mars dipenuhi gunung
berapi raksasa seperti Olympus Mounts dan lembah retakan seperti Valles
Marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai
belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang
kaya besi. Mars mempunyai 2 satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang
diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
E. Tata Surya Bagian Luar
Pada
bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan
satelit-satelitnya yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek
termasuk Centaurs, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di
daerah ini mengandung volatiles yang lebih tinggi (contoh: air, amonia,
metan, yang sering disebut es dalam peristilahan ilmu keplanetan)
dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.
1. Planet-Planet Luar
Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berdasarkan skala
Keempat
planet luar, atau gas raksasa (yang disebut juga planet jovian), secara
keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit matahari. Jupiter
dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan
Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom
mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.
Keempat gas raksasa ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem
cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
2. Yupiter
Yupiter
(5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari
gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan
helium. Sumber panas di dalam Jupiter menyebabkan timbulnya beberapa
ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan
Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Jupiter memiliki 63 satelit.
Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan
kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang
panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya,
berukuran lebih besar dari Merkurius.
3. Saturnus
Saturnus (9,5
SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan
dengan Jupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus
hanya sebesar 60% volume Jupiter, planet ini hanya seberat kurang dari
sepertiga Jupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah
planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60
satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di
antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski
hampir terdiri hanya dari es saja. Titan berukuran lebih besar dari
Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki
atmosfer yang cukup berarti.
4. Uranus
Uranus (19,6 SA) yang
memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di antara
planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus
mengedari matahari dengan bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika.
Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa
lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27
satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel,
Ariel dan Miranda.
5. Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit
lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga
membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi
tidak sebanyak Jupiter atau Saturnus. Neptunus memiliki 13 satelit yang
diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser
nitrogen cair. Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya
terbalik arah (retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet
minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini
memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
6. Daerah Trans-Neptunus
Daerah trans-Neptunus Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper
7. Plot Seluruh Obyek Sabuk Kuiper
Daerah yang terletak jauh melebihi Neptunus, atau daerah
trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Ddaerah ini sebagian
besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter
seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari bulan) dan terutama
mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata
Surya, meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah
yang terletak melebihi sabuk asteroid.
8. Sabuk Kuiper
Sabuk
Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi
komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 dan 50 SA,
dan terdiri dari badan Tata Surya kecil. Meski demikian, obyek Kuiper
yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan
terdapat sekitar 100.000 obyek sabuk Kuiper yang berdiameter lebih dari
50 km, tetapi diperkirakan massa total sabuk Kuiper hanya sepersepuluh
massa bumi. Banyak obyek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan
memiliki orbit di luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar
bisa dibagi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi. Resonansi adalah orbit
yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit
Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama bermula
pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari obyek yang tidak
memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai
47,7 SA. Anggota dari sabuk klassik diklasifikasikan sebagai cubewanos,
setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1
F. Pluto dan Charon
Pluto dan ketiga bulannya
Pluto
(rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah obyek terbesar sejauh
ini di sabuk Kuiper. Ketika ditemukan tahun 1930, benda ini dianggap
sebagai planet yang ke 9, definisi ini diganti pada tahun 2006 dengan
diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit
cukup eksentrik (170 dari bidang ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari
matahari pada titik Prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA
pada titik Aphelion.
Tidak jelas apakah Charon, bulan Pluto yang
terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau sebuah planet
kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter
gravitas di atas permukaanya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem
ganda. 2 bulan yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto
dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi
dengan Neptunus, berarti Pluto mengedari matahari 2 kali untuk setiap 3
edaran Neptunus. Obyek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi
yang sama disebut plutinos.
G. Haumea dan Makemake
Haumea
(rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua obyek
terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah
obyek berbentuk telur dan memiliki dua bulan. Makemake adalah obyek
paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai
2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai
planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih membujur dari
Pluto (28° dan 29°) dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi
oleh Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Obyek sabuk Kuiper klasik.
H.Piringan Tersebar
Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan Eris dan satelitnya Dysnomia
Piringan
tersebar menindih sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas.
Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Obyek
piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena
pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan Obyek
piringan tersebar memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan
apehelion hampir sejauh 150 SA dari matahari. Orbit OPT juga memiliki
inklinasi tinggi pada bidang ekleptika dan sering hampir bersudut
siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya
sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai
Obyek Sabuk Kuiper Tersebar
I. Eris
Eris (rata-rata 68 SA)
adalah obyek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan
mulainya debat tentang definisi planet,karena Eris hanya 5%lebih besar
dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar 2400 km. Eris adalah
planet kerdil terbesar yang diketahui dan memiliki satu bulan Dysnomia.
Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik
perihelion 38.2 SA (mirip jarak Pluto ke /matahari) dan titik aphelion
97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat membujur.
J. Daerah Terjauh
Titik
tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai tidaklah
persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya
tekan yang terpisah: angin matahari dan gravitasi matahari. Batasan
terjauh pengaruh angin matahari kira kira berjarak empat kali jarak
Pluto dan matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan
medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif
pengaruh gravitasi matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali
lebih jauh.
K. Heliopause
Voyager memasuki heliosheath
Heliopause
dibagi menjadi 2 bagian terpisah. Awan angin yang bergerak pada
kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium
ruangantarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang
kira kira terletak di 80-100 SA dari matahari pada daerah lawan angin
dan sekitar 200 SA dari matahari pada daerah searah jurusan angin.
Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang,
membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan
kelakuan mirip seperki ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di
bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah
lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan
terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari
matahari. Batasan luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat
angin matahari berhenti dan ruang antar bintang bermula.
Bentuk dari
ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari
interaksi medium antar bintang dan juga medan magnet matahari yang
mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi bentuk tumpul pada
hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan lebih jauh daripada hemisfer
selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat
benturan busur, jaluran ombak plasma yang ditinggalkan matahari seiring
edarannya berkeliling di Bima Sakti.
L. Awan Oort
Gambaran seorang artis tentang awan oorot
Awan
Oort adalah sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari
bertrilion-trillion obyek-obyek es, dipercaya merupakan sumber komet
berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar
50,000 (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100,000 (1,87 tahun
cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari
bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian
luar. Obyek Awan Oort bergerak sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh
situasi-situasi langka seperti tabrakan, efek gravitasi dari laluan
bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima Sakti.
M. Sedna
Foto teleskop Sedna
90377
Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto
dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion
dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown,
penemu obyek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan
bagian dari piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya
terlalu jauh untuk dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa
astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah obyek pertama dari
sebuah kelompok baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah
benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan
berjangka orbit 3,420 thaun. Brown menjuluki kelompok ini "Awan Oort
bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui process yang mirip,
meski jauh lebih dekat ke matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah
sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatanya masih harus ditentukan
dengan pasti.
N. Batasan-Batasan
Medan gravitasi matahari
diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling
sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Perkiraan bawah radius awan Oort,
di tangan yang lain, tidak lebih besar dari 50.000 SA. Sekalipun setelah
penemuan Sedna, daera antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah daerah
yang memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dibilang belum dipetakan.
Selain itu juga ada studi yang berjalan mempelajari daerah antara
Merkurius dan matahari. Obyek-obyek mungkin masih akan ditemukan di
daerah yang belum dipetakan.
O. Dimensi
Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:
Karakteristik Merkurius Venus Bumi Mars Jupiter Saturnus Uranus Neptunus
Jarak
orbit (juta km) (SA) 57,91 (0,39) 108,21 (0,72) 149,60 (1,00) 227,94
(1,52) 778,41 (5,20) 1.426,72 (9,54) 2.870,97 (19,19) 4.498,25 (30,07)
Waktu edaran (tahun) 0,24 (88 hari) 0,62 (224 hari) 1,00 1,88 11,86 29,45 84,02 164,79
Jangka
rotasi 58,65 hari 243,02 hari 23 jam 56 menit 24 jam 37 menit 9 jam 55
menit 10 jam 47 menit 17 jam 14 menit 16 jam 7 menit
Eksentrisitas edaran 0,206 0,007 0,017 0,093 0,048 0,054 0,047 0,009
Sudut inklinasi orbit (°) 7,00 3,39 0,00 1,85 1,31 2,48 0,77 1,77
Sudut inklinasi ekuator terhadap orbit (°) 0,00 177,36 23,45 25,19 3,12 26,73 97,86 29,58
Diameter ekuator (km) 4.879 12.104 12.756 6.805 142.984 120.536 51.118 49.528
Massa (dibanding Bumi) 0,06 0,81 1,00 0,15 317,8 95,2 14,5 17,1
Kepadatan menengah (g/cm³) 5,43 5,24 5,52 3,93 1,33 0,69 1,27 1,64
Suhu
permukaanmin.menengahmaks. -173 °C+167 °C+427 °C +437 °C+464 °C+497 °C
-89 °C+15 °C+58 °C -133 °C-55 °C+27 °C -108 °C -139 °C -197 °C -201 °C
P. Konteks Galaksi
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti Lukisan artist dari Gelembung Lokal
Tata
Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang
berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar
bintang. Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang
disebut Lengan Orion. Letak Matahari berjarak antara 25,000 dan 28,000
tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi
pusat galaksi sekitar 2200 kilometer per detik. Setiap revolusinya
berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun
galaksi Tata Surya. Apex matahari, arah jalur matahari di ruang semesta,
dekat letaknya dengan konstelasi Herkules terarah pada posisi akhir
bintang Vega.
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting
dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip
lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral galaksi,
karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan.
Lengan spiral
galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya
sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka
stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan. Tata Surya
terletak jauh dari daerah padat bintang di pusak galaksi. Di daerah
pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang
benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam
Tata Surya. Dapat menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan
di Bumi. Intensitas radiasi dari pusat galaksi mempengaruhi perkembangan
bentuk hidup tingkat tinggi.
Q. Daerah Lingkungan Sekitar
Daerah
lingkuan terdekat sekitar Tata Surya dinamai Awan Antarbintang Lokal.
Daerah ini berawan padat, merupakan bagian daerah diketahui gersang
bernama Gelembung Lokal. Daerah Gelembung Lokal berbentuk mirip jam
pasir pada medium antarbintang dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya.
Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal
dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.
Di dalam jarak 10
tahun cahaya (95 triliun km) dari matahari, jumlah bintang relatif
sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar 3 Alpha Centauri,
yang berjarak 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang
ganda mirip dengan matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah
(disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama
pada jarak 0,2 tahun cahaya. Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah
sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Bernad (5,9 tahun cahaya), Wolf
359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang
terbesar dalam jarak 10 tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang
cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa 2 kali massa
matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B.
Keduanya berjarak 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak
di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah
Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross
154 (9,7 tahun cahaya). Bintang tunggal terdekat yang mirip matahari
adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira-kira
berukuran 80% berat matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas)
hanya 60%. Planet luar Tata Surya terdekat dari matahari, yang diketahui
sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang
sedikit lebih pudar dan lebih merah dibandingkan mathari. Letaknya
sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah dipastikan,
bernama Epsilon Eridani b, kurang lebih berukuran 1,5 kali massa Yupiter
dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.
2. Bintang
A. Penampakan dan Distribusi
Karena
jaraknya yang sangat jauh, semua bintang (kecuali Matahari) hanya
tampak sebagai titik saja yang berkelap-kelip karena efek turbulensi
atmosfer Bumi. Diameter sudut bintang bernilai sangat kecil ketika
diamati menggunakan teleskop optik landas Bumi, hingga diperlukan
teleskop interferometer untuk dapat memperoleh citranya. Bintang dengan
ukuran diameter sudut terbesar setelah Matahari adalah R Doradus, dengan
0,057 detik busur.
Sebuah katai putih yang sedang mengorbit Sirius (konsep artis). citra NASA.
Telah
lama dikira bahwa kebanyakan bintang berada pada sistem bintang ganda
atau sistem multi bintang. Kenyataan ini hanya benar untuk
bintang-bintang masif kelas O dan B, dimana 80% populasinya dipercaya
berada dalam suatu sistem bintang ganda atau pun multi bintang. Semakin
redup bintang, semakin besar kemungkinannya dijumpai sebagai sistem
tunggal. Dijumpai hanya 25% populasi katai merah yang berada dalam
sebuah sistem bintang ganda atau sistem multi bintang. Karena 85%
populasi bintang di galaksi Bimasakti adalah katai merah, maka tampaknya
kebanyakan bintang di dalam Bimasakti berada pada sistem bintang
tunggal.
Astronom memperkirakan terdapat 70 sekstiliun (7×1022)
bintang di seluruh alam semesta yang teramati. Ini berarti 70 000 000
000 000 000 000 000 bintang, atau 230 miliar kali banyaknya bintang di
galaksi Bimasakti yang berjumlah sekitar 300 miliar.
Bintang terdekat
dengan Matahari adalah Proxima Centauri, berjarak 39.9 triliun (1012)
kilometer, atau 4.2 tahun cahaya. Cahaya dari Proxima Centauri memakan
waktu 4.2 tahun untuk mencapai Bumi. Jarak ini adalah jarak antar
bintang tipikal di dalam sebuah piringan galaksi. Bintang-bintang dapat
berada pada jarak yang lebih dekat satu sama lain di daerah sekitar
pusat galasi dan di dalam gugus bola, atau pada jarak yang lebih jauh di
halo galaksi.
B. Evolusi
Struktur, evolusi, dan nasib akhir
sebuah bintang sangat dipengaruhi oleh massanya. Selain itu, komposisi
kimia juga ikut mengambil peran dalam skala yang lebih kecil.
C. Terbentuknya Bintang
Bintang
terbentuk di dalam awan molekul; yaitu sebuah daerah medium
antarbintang yang luas dengan kerapatan yang tinggi (meskipun masih
kurang rapat jika dibandingkan dengan sebuah vacuum chamber yang ada di
Bumi). Awan ini kebanyakan terdiri dari hidrogen dengan sekitar 23–28%
helium dan beberapa persen elemen berat. Komposisi elemen dalam awan ini
tidak banyak berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang pada saat
awal alam semesta.
Gravitasi mengambil peranan sangat penting dalam
proses pembentukan bintang. Pembentukan bintang dimulai dengan
ketidakstabilan gravitasi di dalam awan molekul yang dapat memiliki
massa ribuan kali matahari. Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh
gelombang kejut dari supernova atau tumbukan antara dua galaksi. Sekali
sebuah wilayah mencapai kerapatan materi yang cukup memenuhi syarat
terjadinya instabilitas Jeans, awan tersebut mulai runtuh di bawah gaya
gravitasinya sendiri.
Berdasarkan syarat instabilitas Jeans, bintang
tidak terbentuk sendiri-sendiri, melainkan dalam kelompok yang berasal
dari suatu keruntuhan di suatu awan molekul yang besar, kemudian
terpecah menjadi konglomerasi individual. Hal ini didukung oleh
pengamatan dimana banyak bintang berusia sama tergabung dalam gugus atau
asosiasi bintang.
Begitu awan runtuh, akan terjadi konglomerasi
individual dari debu dan gas yang padat yang disebut sebagai globula
Bok. Globula Bok ini dapat memiliki massa hingga 50 kali Matahari.
Runtuhnya globula membuat bertambahnya kerapatan. Pada proses ini energi
gravitasi diubah menjadi energi panas sehingga temperatur meningkat.
Ketika awan protobintang ini mencapai kesetimbangan hidrostatik, sebuah
protobintang akan terbentuk di intinya. Bintang pra deret utama ini
seringkali dikelilingi oleh piringan protoplanet. Pengerutan atau
keruntuhan awan molekul ini memakan waktu hingga puluhan juta tahun.
Ketika peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai kisaran 10
juta kelvin, hidrogen di inti 'terbakar' menjadi helium dalam suatu
reaksi termonuklir. Reaksi nuklir di dalam inti bintang menyuplai cukup
energi untuk mempertahankan tekanan di pusat sehingga proses pengerutan
berhenti. Protobintang kini memulai kehidupan baru sebagai bintang deret
utama.
D. Deret Utama
Bintang menghabiskan sekitar 90%
umurnya untuk membakar hidrogen dalam reaksi fusi yang menghasilkan
helium dengan temperatur dan tekanan yang sangat tinggi di intinya. Pada
fase ini bintang dikatakan berada dalam deret utama dan disebut sebagai
bintang katai.
E. Akhir Sebuah Bintang
Ketika kandungan
hidrogen di teras bintang habis, teras bintang mengecil dan membebaskan
banyak panas dan memanaskan lapisan luar bintang. Lapisan luar bintang
yang masih banyak hidrogen mengembang dan bertukar warna merah dan
disebut bintang raksaksa merah yang dapat mencapai 100 kali ukuran
matahari sebelum membentuk bintang kerdil putih. Sekiranya bintang
tersebut berukuran lebih besar dari matahari, bintang tersebut akan
membentuk superraksaksa merah. Super raksaksa merah ini kemudiannya
membentuk Nova atau Supernova dan kemudiannya membentuk bintang neutron
atau Lubang hitam.
3. ASTEROID
Asteroid, pernah disebut
sebagai planet minor atau planetoid, adalah benda berukuran lebih kecil
daripada planet, tetapi lebih besar daripada meteoroid, umumnya terdapat
di bagian dalam Tata Surya (lebih dalam dari orbit planet Neptunus).
Asteroid berbeda dengan komet dari penampakan visualnya. Komet
menampakkan koma ("ekor") sementara asteroid tidak.
A. Asteroid Dalam Sistem Tatasurya
Sabuk asteroid (titik-titik putih). 253 Mathilde, Asteroid tipe C
Dari kiri ke kanan: 4 Vesta, 1 Ceres, Bulan
Asteroid
pertama yang ditemukan adalah 1 Ceres, yang ditemukan pada tahun 1801
oleh Giuseppe Piazzi. Kala itu, asteroid disebut sebagai planetoid.
Sudah ratusan ribu asteroid di dalam tatasurya kita diketemukan, dan
kini penemuan baru itu rata-rata sebanyak 5000 buah per bulannya. Pada
27 Agustus, 2006, dari total 339.376 planet kecil yang terdaftar,
136.563 di antaranya memiliki orbit yang cukup dikenal sehingga bisa
diberi nomor resmi yang permanen. Di antara planet-planet tersebut,
13.350 memiliki nama resmi (Trivia: kira-kira 650 di antara nama ini
memerlukan tanda pengenal). Nomor terbawah tetapi berupa planet kecil
tak bernama yaitu (3360) 1981 VA; planet kecil yang dinamai dengan nomor
teratas (kecuali planet katai 136199 Eris serta 134340 Pluto) yaitu
129342 Ependes.
Kini diperkirakan bahwa asteroid yang berdiameter
lebih dari 1 km dalam sistem tatasurya berjumlah total antara 1.1 hingga
1.9 juta. Asteroid terluas dalam sistem tatasurya sebelah dalam yaitu 1
Ceres, dengan diameter 900-1000 km. 2 asteroid sabuk sistem tatasurya
sebelah dalam yaitu 2 Pallas dan 4 Vesta; keduanya memiliki diameter
~500 km. Vesta merupakan asteroid sabuk paling utama yang kadang-kadnag
terlihat oleh mata telanjang (pada beberapa kejadian yang cukup jarang,
asteroid yang dekat dengan bumi dapat terlihat tanpa bantuan teknis;
lihat 99942 Apophis).
Massa seluruh asteroid Sabuk Utama diperkirakan
sekitar 3.0-3.6×1021 kg, atau kurang lebih 4% dari massa bulan. Dari
kesemuanya ini, 1 Ceres bermassa 0.95×1021 kg, 32% dari totalnya.
Kemudian asteroid terpadat, 4 Vesta (9%), 2 Pallas (7%), dan 10 Hygiea
(3%), menjadikan perkiraan ini menjadi 51%; 3 seterusnya, 511 Davida
(1.2%), 704 Interamnia (1.0%), dan 3 Juno (0.9%), hanya menambah 3% dari
massa totalnya. Jumlah asteroid berikutnya bertambah secara
eksponensial walaupun massa masing-masing turun. Dikatakan bahwa
asteroid ada juga memiliki sebuah satelit yang bernama Dactyl.
B. Sabuk Asteroid
Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya
Asteroid
secara umum adalah obyek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan
mineral logam beku. Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars
dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga
merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal
karena pengaruh gravitasi Yupiter.
Gradasi ukuran asteroid adalah
ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang
terbesar, diklasifikasikan sebagai badan Tata Surya kecil. Beberapa
asteroid seperti Vesta dan Hygieia mungkin akan diklasifikasi sebagai
planet kerdil jika terbukti telah mencapai equilibrium hidrostatik.
Sabuk
asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan obyek yang
berdiameter satu kilometer. Meskipun demikian, massa total dari sabuk
utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi. Sabuk utama
tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini
tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10-4
m disebut meteorid.
C. Ceres
Ceres
(2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan
sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km,
cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk
bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke
19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah
observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi. Ceres
direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.
D. Kelompok Asteroid
Asteroid
pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid
bedasarkan sifat-sifat orbitnya. Bulan asteroid adalah asteroid yang
mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari
bulan-bulan planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk
asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber
air bumi.
Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5
Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakang
sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk
obyek-obyek kecil pada titik langrange dari sebuah planet atau satelit.
Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter,
yang artinya kelompok ini mengedari matahari tiga kali untuk setiak dua
edaran Yupiter.
4. KOMET
Komet Hale-Bopp
A. Komet
Komet
adalah benda angkasa yang mirip asteroid, tetapi hampir seluruhnya
terbentuk dari gas (karbon dioksida, metana, air) dan debu yang membeku.
Komet memiliki orbit atau lintasan yang berbentuk elips, lebih lonjong
dan panjang daripada orbit planet. Komet yang cerah pastinya menarik
perhatian ramai.
B. Ciri fisik
Ketika komet menghampiri
bagian-dalam Tata Surya, radiasi dari matahari menyebabkan lapisan es
terluarnya menguap. Arus debu dan gas yang dihasilkan membentuk suatu
atmosfer yang besar tetapi sangat tipis di sekeliling komet, disebut
coma. Akibat tekanan radiasi matahari dan angin matahari pada coma ini,
terbentuklah ekor raksasa yang menjauhi matahari.
Coma dan ekor komet
membalikkan cahaya matahari dan bisa dilihat dari bumi jika komet itu
cukup dekat. Ekor komet berbeda-beda bentuk dan ukurannya. Semakin dekat
komet tersebut dengan matahari, semakin panjanglah ekornya. Ada juga
komet yang tidak berekor.
C. Ciri orbit
Komet mempunyai orbit berbentuk elips.
Perhatikan ia mempunyai dua ekor
Komet
bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya
memakan waktu yang lama. Komet dibedakankan menurut rentangan waktu
orbitnya. Rentangan waktu pendek adalah kurang dari 200 tahun dan
rentangan waktu yang panjang adalah lebih dari 200 tahun. Secara umumnya
bentuk orbit komet adalah elips.
D. Komet Terkenal
Ada beberapa komet yang terkenal, misalnya:
1. Komet Halley, muncul 76 tahun sekali.
2. Komet West
3. Komet Encke, muncul tiga tahun sekali
4. Komet Hyakutake
5. Komet Hale-Bopp
E. Komet Hale-Bopp
Komet
adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa
kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki
eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di
planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto.
Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari
matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi,
yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki
kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet
berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet
berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet
berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak
kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah
induk tunggal. Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari
luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti
sangatlah sulit. Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena
panas matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.
F. CENTAURS
Centaurs
adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar
dari Yupiter (5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur
terbesar yang diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.
Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet
(95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau mendekati matahari.
Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai obyek sabuk
Kuiper sebaran-ke-dalam, seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di
piringan tersebar (outward-scattered residents of the s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar